Seberapa pentingkah budaya literasi itu?
Literasi Menjadi topik perbincangan yang cendrung atau jarang muncul kepermukaan public saat ini. Justru yang paling banyak muncul saat ini, diberbagai media social adalah cerewetan emak-emak dan ocehan kaum muda atau yang lebih tren disebut kaum milenial yang cendrung tidak berfaedah sama sama sekali.
Untuk masuk ke inti pembahasan ini, kita kaji terlebih dahulu pengertian literasi itu sendiri?
Education
development Center Mendefenisikan Literasi lebih dari sekedar
kemampuan membaca dan menulis, lebih dari itu literasi adalah kemampuan
individu dalam menggunakan potensi dan kemampuan yang dimiliki didalam
hidupnya, dengan kata lain sebagai kemampuan dalam membaca kata dan membaca
dunia. Sementara itu, UNESCO mengatakan literasi adalah seperangkat
keterampilan yang nyata, terutama dalam membaca dan menulis yang terlepas dari
konteks didapat oleh siapa dan dari siapa
Berdasarkan
pengertian tersebut dapat saya simpulkan bahwa literasi adalah kemampuan
seseorang, untuk mengoptimalkan kemampuannya baik dari segi kemampuan menulis (Writing
Skills) maupun Kemampuan membaca (Reading Ability) Sehingga
dapat memberikan manfaat untuk diri sendiri, bagi masyarakat maupun bagi bangsa
dan negara.
Problem
yang terjadi disekeliling kita saat ini yaitu kurangnya pemahaman masyarakat
lebih khususnya kaum muda tentang pentingnya budaya literasi sejak dini. Dunia
literasi kita sekarang menjadi mati karena kurangnya partisipasi dan niat yang
tinggi untuk menggali berbagai kemampuan yang ada dalam diri baik itu dari segi
kemampuan menulis (Writing Skills) maupun Kemampuan membaca (Reading
Ability).
Fenomena
tersebut, yang menjadi salah satu penyebab perkembangan dunia literasi kita
cendrung tidak maju-maju dan masih jalan ditempat saja. Masyarakat kita
cendrung lebih menyukai hal-hal yang konsumtif dibandingkan menggali dan
mencari sendiri informasi yang terjadi disekeliling kita.
Akibatnya, kita sering sekali berspekulasi tidak jelas dan menyimpulkan sesuatu tidak tepat pada sasarannya, sehingga menyebabkan munculnya tindakan-tindakan anarkis akibat tidak mencermati dan mengkaji terlebih dahulu suatu persoalan.
Dikutip
dari beberapa sumber, berdasarkan beberapa survei yang pernah dilakukan oleh
PISA (Program For International Student Assessment) yang dirilis OECD (Organization
for economic Co-operation and Development) Pada tahun 2019 yang lalu yaitu
bahwa Indonesia menempatkan peringkat ke-62 dari 70 Negara, atau merupakan 10
negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Atas
dasar persoalan tersebut, patutlah kita bertanya apakah kita tetap berdiam diri
atau segera bangkit dari ketertinggalan kita?
Hemat
saya, saatnya kita bangkit dari ketertinggalan kita dan mulailah menggali
potensi yang kita miliki, untuk kita buktikan bagi dunia bahwa bangsa Indonesia
juga bisa untuk mengembangkan kemampuan Writing Skills dan Reading Ability.
Hal
ini dapat kita mulai dengan merubah cara pandang kita, jikalau sebelumnya kita
menggangap literasi itu tidak berguna cobalah kita mulai merubah itu dengan
memberikan karya-karya terbaik kita.
Untuk
menutup tulisan ini saya mau mengatakan
bahwa “Hal yang paling berguna adalah ketika kita meninggalkan jejak
karya kita kepada orang lain, sebab sesuatu yang berguna jikalau itu bermanfaat
bagi orang banyak, sekalipun kita sudah mati”
REDAKSI||| STAN