16 Kumpulan Puisi Karya Siswa Siswi SMPN 3 Pacar, Puitis Dan Penuh Makna

Gambar oleh Thought Catalog dari Pixabay 


Aku 

    (Karya: Angelina Yuta Syukur: IX A)

Aku tak sekuat yang dilihat
Tak sebahagia seperti mereka
Aku rapuh!
Namun, aku mencoba tersenyum di balik luka
 
Aku ingin berteriak
Menangis
Dan melukai diriku
Sebab tak seorang pun mengerti diriku
 
 
Sahabat

    (Karya Yohana Fransiska Damul: IX E)

Waktu terus berputar
Tak terasa, tiga tahun kita lalui bersama
 
Aku rindu seperti dahulu
Saat kita bermain bersama
Sebab hanyalah dirimu yang mengerti diriku
Saat semua menjauhiku
 
Sahabat sejatiku
Kini kita berpisah
Aku merasa sepi
Tiada lagi teman berbagi luka
 
 
Patah Hatiku

    (Karya Angelus P. Naje: IX A)
 
Hati ini kacau
Kau membunuh hati ini perlahan-lahan
Kau datang tanpa alasan
Pergi tanpa pamitan
 
Luka tak bisa kuobati
Luka tak bisa menahan kecewa
Luka karena cemburu
Kau mencintai dia
 
 
Pahlawanku

    (Karya Okta Eparnus Gunawan: IX D)
Pahlawanku, engkau telah gugur di medan pertempuran
Demi bangsa dan negara
Engkau rela pertaruhkan nyawa
Agar bangsa Indonesia merdeka
 
Jasamu tak bisa kulupa
Jasamu tak bisa kubalas
 
 
Sosok yang Tak Tergantikan

    (Karya Dionisia Din: IX A)
 
Ayah, kau sosok yang tak tergantikan
Hujan
Panas
Tak kau hiraukan
Demi keluarga kecilmu
 
Untukmu ayah, terima kasih telah hadir
Dan ada setiap langkahku
Semoga saja ayah, lelahmu kubalas dengan kesuksesan
 
 
Rindu

    (Karya Kalsius B. Linggo: IX C)

Rindu menatap matamu
Membuat kutersenyum
Rindumu
Membuat jantungku begetar



 
Belajar

    (Karya Maria N. Endo: IX C)
Dulu aku tak mengerti apa-apa
Memegang pena saja, aku kaku
Kegunaan buku aku tidak tahu
Sampai aku mengenal kata belajar
 
Aku mulai belajar angka
Hingga membaca kata
Aku terus belajar
Dan sekarang aku mengerti sebuah kata
Makna kalimat dan banyak hal
 

Diam

    (Karya Leonardus Jemadu: IX C)
        
Diam, bukan berarti tak tahu
Itu caraku mengungkapkan rasaku
Sedih
Marah
Kecewa
Dan diam itu lebih baik
 
Korupsi

    (Karya Lidya Fialin K. Anis: IX C)
Korupsi adalah hal yang tidak perlu ditiru
Korupsi membuat kehancuran
Korupsi membuat kita kehilangan harga diri
Korupsi membuat orang lain kehilangan harapan dan masa depan
 
Wahai pemuda-pemudi Indonesia
Janganlah korupsi
Jangan sampai Indonesia berantaka
 
 
Bangkitlah

    (Karya Maria N. Endo: IX C)
Aku terbangun dari mimpiku
Aku butuh cahaya menerangi langka kakiku
 
Wahai kawan-kawan
Jangan ada kata malas dalam hidupmu
Sukses bukan datang dari orang lain
Ia tumbuh dari diri sendiri
 
Wahai kawanku
Keringat orang tua balaskan dengan kesuksesan
Bangkitlah
Raihlah cita-cita
Sebab sukses menantimu
 

Rindumu Ibu

    (Karya Oktavianus L. Jemi: IX D)
 
Empat belas Februari
Aku berusaha menahan sakit
Seperti kehilangan separuh organ tubuh
 
Siang malam kulantunkan doa
Agar aku ikhlas atas kepergianmu, ibu
 
Waktu berlalu begitu cepat, Bu
Tak terasa tiga tahun kau meninggalkanku
 
 
Kekasihku

    (Karya Yohana Ica Laura: IX E)
 
Kekasihku
Kau bagai pelangi
Yang mewarnai langit yang kosong
 
Kau hadir memberi keceriaan
Di setiap langkah hidupku
 
Kekasihku
Jangan tinggalkan aku
Sebab langit gelap tanpa bulan
Dan aku
Nampak rapuh tanpamu
 
 
Penyesalan

    (Karya Viktoria N. Riyanti: IX D)
Aku menyesal
Mengenalmu
Mencintaimu
 
Seandainya aku tahu akan begini
Aku memilih tak mengenalmu
 
Kehadiranmu adalah bahagiaku
Kepergianmu adalah sedihku
 
Penyesalan yang terlambat
Dan berat
Meninggalkan sakit yang dalam

 
Bumi

    (Karya Fransisko Eko Susanto: IX B)
 
Bumi tumpuanku
Dirimu penopangku
Engkau kaya oksigen
 
Dirimu luas
Seluas cintaku padamu
 
Engkau memiliki ratusan negara
Ribuan bahkan jutaan wisata
Dirimu mempesona
 
 
Cinta Ibu

    (Karya Gresensia E. Tamis: IX B)
Engkau wanita luar biasa
Yang lemah lembut
Yang sabar nan penyayang
Yang terhebat di antara kaummu
 
Engkau sabar menghadapi anakmu
Selalu memberi semangat
Selalu mendukung langkah
 
Cintamu sangat bermakna
Cintamu tak pernah habis
Akan selalu bersinar
Seperti matahari
 
 
Kedatanganmu

    (Karya Grenaldo Hatung: IX B)
 
Engkau datang padaku
Engkau melihat diriku: tidak punya apa-apa
 
Kedatanganmu adalah harapanku
 
Oh engkau satu-satunya hidupku
 

(Editor: Marianus Hamse, S.Pd)

REDAKSI|||Stanislaus Bandut, S.Pd