Oleh:
Gresensia E. Tamis
Familia K. Jehamat
Fransiska Iman
Filomena S. Ner
Sepiring Kerupuk
Riani adalah remaja berusia 17 tahun. Ia sekarang duduk di bangku SMA. Ia yatim piatu. Hidup tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia tinggal dengan kakeknya di kontrakan sempit. Tiap harinya, mereka makan sepiring kerupuk saja.
Pada suatu hari, kepala sekolah mengumumkan untuk segera melunasi uang sekolah. mendengar hal itu, ia sangat sedih. Ia hendak memberitahu kepada kakeknya, tapi tidak jadi. Sebab kakeknya sedang sakit. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan.
Sepulang sekolah, ia melihat tulisan di depan sebuah restoran membutuhkan karyawati. Tanpa pikir panjang, ia menawarkan diri untuk bekerja. Rejekinya ia langsung diterima.
***
Waktu berlalu cepat. Tak terasa sudah satu bulan ia bekerja. Hari itu ia mendapat gaji. Ia sangat senang. Ia langsung melunasi uang sekolahnya. Sisanya membeli obat untuk kakeknya. Ia pun bisa mengikuti ujian dan dikabarkan ia mendapat nilai bagus.
Beberapa tahun kemudian, ia mendapat kabar gembira dari tempat kerjanya. Ia mendapat kenaikan gaji karena ia jujur, rajin, dan berbaik hati. Bosnya merasa kagum padanya. Selain itu, bos memberikan pinjaman untuknya agar bisa membuka usaha sendiri. Ia sangat bersyukur.
Usahanya berjalan lancar dan mulus. Orang-orang menyebutnya perempuan muda sukses. Kakek sangat bangga padanya, karena ia mandiri dan pekerja keras.
“Akhirnya, Kek, kita bisa menegubah kerupuk menjadi sejuta kesuksesan,” kata Riani.
Kisah ini mengajarkan kita tentang perjuangan. Juga mengajarkan bahwa kesuksesan selalu dimulai dengan proses yang panjang. Terus berjuang dan kerja keras, dan kejujuran adalah kuncinya.
Pernah dimuat: https://www.gurusiana.id/read/marianushamse/article/sepiring-kerupuk-505477
Editor|| Marianus Hamse, S.Pd, Gr
Redaksi|| Stanislaus Bandut, S.Pd