Opini: Implementasi Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Kelas 6 SD|| Kristianus Bahri

Istimewa

Oleh: Kristianus Bahri, S.Pd.
CGP Angkatan 7 Kabupaten Manggarai Barat
SDI Lengkong Paje

Saat ini pemerintah tengah sibuk melakukan upaya transformasi pendidikan. kurikulum merdeka dengan konsep merdeka belajar dan merdeka mengajar dipercaya akan dapat menjawab permasalahan pendidikan saat ini. Hal yang paling substansi dari perubahan kurikulum ini adalah tentang pembelajaran yang berpihak pada murid. Anak diharapkan berkembang sesuai dengan kodratnya. Baik kodrat alam maupun kodrat zaman. Pada tahun pelajaran 2023/2024 penerapan kurikulum merdeka di tingkat SD, baru di kelas I dan IV. Bukan berarti kita sebagai guru selain kelas I dan IV harus menunggu. Kita bisa mulai melakukan perubahan paradigma ini  dan perubahan tentu dimulai dari diri sendiri.

Apa itu pembelajaran yang berpihak pada murid? Kapan bisa diterapkan? Bagaimana penerapannya? Pembelajaran yang berpihak pada murid salah satunya dengan memberi kesempatan murid untuk mengemukakan pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak selalu mengikuti keinginan gurunya. Mindset inilah yang pertama harus dipahami oleh guru. Hal ini harus mulai dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Bagaimana penerapannya?

Sebagai Guru kelas VI SD, saya sudah mencoba menerapkan kebebasan murid dalam berpendapat untuk membangun pengetahuannya. Kita tahu bersama hal yang paling menyenangkan pada anak adalah pelajaran menggambar. Saya mulai dengan membuat kesepakatan kelas di awal jam pelajaran. Misalnya saya bertanya: Hari ini  mau belajar apa? Biasanya anak akan menjawab: menggambar. Dengan mengadopsi keinginan murid, berarti kita sudah memerdekakan murid. Kemudian kita lanjutkan dengan pertanyaan:  Kenapa memilih menggambar? Tentunya akan banyak jawaban dari murid. Dilanjut lagi dengan pertanyaan: Hari ini mau meggambar apa? Kenapa? Dan banyak hal yang bisa kita tanyakan untuk mengetahui pengetahuan murid.

Saya menamakan pembelajaran ini dengan nama “gambar kosep”. Dengan menggambar kita dapat menggali pengetahuan murid dan juga membangun konsep. Kompetensi yang diharapkan pada anak kelas VI SD adalah menulis dan membaca. Membuat kalimat dan memahami arti dari sebuah kalimat.  Langkah dalam penerapan pembelajaran “gambar konsep” adalah murid menggambar sesuai dengan kesepakatan kelas. Ketika disepakati menggambar gunung, tentu tidak hanya gunung saja. Ada pohon, matahari, petani, rumah, batu, bunga, ular, padi, tikus, jalan, dll.

Merdeka belajar bukan berarti bebas tanpa batas. Tetapi merdeka dalam berekspresi dan berpendapat. Disinilah dibutuhkan peran guru untuk membimbing dan mengarahkan. Dalam pembelajaran “gambar konsep”, guru mengarahkan murid untuk menggambar hal yang terkait dengan pegunungan. Ada apa saja di sekitar gunung?  Bagaimana gambar bisa terlihat indah? Setelah menggambar,  murid menuliskan benda-benda yang telah digambar dengan angka. Misalnya gambar gunung diberi nomor satu dan dilingkari. Gambar pohon nomor dua. Gambar jalan nomor tiga. Gambar sawah nomor empat dan seterusnya. Setelah menggambar dan menuliskan nomor pada gambar, murid membuat kalimat yang ada kata nama benda yang digambarnya. Misalnya gambar gunung murid bisa menuliskan kalimat, Saya sangat senang melihat gunung. Untuk kerapian penulisan kalimat, baiknya tidak dijadikan satu dengan buku gambar.

Bagaimana dengan penilaian? Untuk penilaian tentunya bisa disepakati diawal pelajaran. Misalnyan satu kalimat yang benar nilainya sepuluh. Murid diharapkan dapat menggambar sepuluh jenis benda dan membuat sepuluh kalimat. Sehingga kalau benar semua akan mendapatkan nilai seratus.

Setelah selasai semua, guru memberi kesempatan kepada murid untuk membacakan kalimat yang dibuat di depan kelas. Bisa semua murid bergantian atau dengan perwakilan murid yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah secara bergantian. Pada kegiatan ini guru dapat memberi umpan balik dengan melibatkan murid. Menggali kemampuan murid terhadap kalimat yang telah dibuat murid. Misalnya setelah salah satu murid membacakan satu kalimat, guru menawarkan murid yang lain dengan pertanyaan: anak-anak, apakah ada kalimat yang berbeda? Kemudian guru memberikan umpan balik dengan mengajukan pertanyaan. Kalimat tanya seperti apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dimana, dapat merangsang anak untuk membangun pengetahuannya sendiri. Misalnya kalimat murid adalah: Petani menanam padi di sawah.  Pertanyaan yang diajukan guru misalnya: Apa pekerjaan orang tuamu? Bagaimana orang tuamu mendapatkan uang? Kapan orang tuamu bekerja? Dimana orang tuamu bekerja? dll. .

Pembelajan melalui “gambar konsep” terbukti efektif dalam rangka memerdekakan murid dalam belajar. Murid didorong untuk mengembangkan disiplin diri yang sejati, melalui pengalaman, pemahaman, dan upayanya sendiri. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Pembelajaran ini juga bisa untuk membelajarkan konsep membuat paragraf. Tentu kita sebagai guru harus terus mau belajar. Melalui kesepakatan kelas, pembelajaran akan jauh lebih bermakna. Murid terlibat aktif dan guru dapat menggali pengetahuan murid. Sehingga tujuan dan harapan dari pemerintah dapat terwujud. Yaitu menghantarkan murid selamat dan bahagia. Semoga. 


Writter|| Kristianus Bahri, S.Pd
Redaksi|| Stano