Pagi ini begitu indah disambut kicauan burung yang merdu. Bunga-bunga memekar, membuat semua orang bersuka ria. Dari kamar terlihat srorang gadis cantik, rambutnya panjang, hidungnya mancung, dan kulitnya putih. Namanya, Tania. Ia anaknya baik, sopan, dan penurut. Tania sekarang duduk di kelas XI. Ia dari keluarga kaya. Ayahnya bernama Biam dan ibunya Riska. Orang tuanya tidak menginginkan Tani berpacaran atau pun berteman dengan orang miskin.
Suatu hari, saat ia ke sekolah, ia bertemu temannya bernama Lidia. Lidia tak kalah cantik dari Tania. Ia juga dari keluarga kaya. Saat mereka ngobrol, ada yang memanggil Tania. Ia adalah Rizal, cowok ganteng di kelas mereka. Ia sopan dan baik. Rizal dari keluarga miskin. Rizal menyukai Tania, namun ia tak bisa mengungkapkan perasaannya. Tania sepertinya memiliki perasaan yang sama.
"Tania," sapa Rizal tersenyum malu.
"Eh, Rizal," jawab Tania.
"Nanti pulang sekolah bareng aku yah," ajak Rizal.
"Serius?" Tania memastikan.
"Ya, seriuslah. Emang mukaku ada tampang bohongnya?"
"Ah, nggak juga," Tania malu.
"Gimana, jadi nggak?"
"Mau dong," Tania tersenyum.
Percakapan Tania dan Rizal membuat Lidia panas. Lonceng pun berbunyi, tandanya jam pulang sekolah. Rizal sudah menunggu Tania. Kedatangan Rizal justru membuat mama Tania marah. Awalnya Tania mengajak Rizal mampir, tapi mamanya tidak mengizinkannya.
"Zal, manpir, yuk!" ajak Tania.
"Emang boleh?" tanya Rizal.
"Ya, boleh, Zal, sekalian aku kenalin kamu ke mama, papa aku," jawab Tania.
"Tania, ini siapa?" tanya mamanya.
"Hai, Ma!" sapa Tania samil menyalami.
Rizal hendak bersalaman tapi ditolak.
"Siapa ini?" tanya mamanya lagi.
"Ini, Ma, kenalin teman aku, namanya Rizal. Dia yang antarin aku pulang," jelas Tania.
"Hai, Tante!" sapa Rizal sambil tersenyum.
"Tadi kamu antarin anak saya pakai apa? Mobil? Hem...mobilnya mana? Kok nggak ada?" tanya mama Tania sambil toleh kiri kanan.
"Enggak, Tante, tadi kita pakai sepeda," jawab Rizal sambil menunjuk motornya.
"Hah? Pakai sepeda butut? Hei, dengar ya, kamu nggak pantas berteman dengan anak saya. Pulang!" usir mama Tania.
"Ma, kok gitu sih?" tanya Tania.
"Tania, masuk!"
"Kok kamu masih di sini? Pulang!" usir mama Tania.
Rizal pun pulang.
***
Keesokannya di sekolah, Tania sibuk mencari Rizal.
"Zal, kamu di sini?"
"Ada apa, Tan?"
"Aku minta maaf soal kemarin, Zal," kata Tania.
"Nggak apa-apa, Tan."
"Pulang sekolah kita ke taman, ya, Zal," ajak Tania.
Rizal mengangguk.
Keduanya ke taman sepulang sekolah. Lidia yang melihatnya mengikuti mereka. Rizal sibuk memikirkan cara mengungkapkan perasaannya kepada Tania.
"Tan, aku mau juju sama perasaanku. Sebenarnya aku sayang kamu. Mau nggak jadi pacarku?"
"Aku juga sayang, Zal," jawab Tania.
Rizal memeluk Tania. Lidia dari tadi merekam percakapan mereka. Rekaman itu ia kirim ke mama Tania. Tania tampak bahagia. Di rumah, mamanya sudah menunggu.
"Darimana kamu? Kok lama?" tanya mamanya.
"Tania habis main di taman dengan Lidia, Ma," jelas Tania.
"Jangan bohong kamu! Mama tahu kamu pergi dengan Rizal. Ia kan?"
"Enggak, Ma, aku di taman dengan Lidia," jawabnya sambil meyakinkan mamanya.
"Ini apa?" kata mamanya sambil menunjukkan vidio rekaman dari Lidia.
"Kamu pacaran dengan anak miskin itu?"
"Ia, Ma," Tania gemetaran.
Tania menangis saat mamanya meminta putusin Rizal. Rizal sedih mendengarnya. Mau bilang apa lagi, takdir memisahkan.
Editor|| Marianus Hamse, S.Pd
Redaksi|| Stano
.jpg)
